Rabu, 16 November 2011

Resume_ Buku Yusufhadi Miharso, Menyemai Benih Teknologi Pendidikan,(2004)


Resume
(Yusufhadi Miarso, Menyemai Benih Teknologi Pendidikan)
Resume ini disusun guna memenuhi tugas pengganti
Mata Kuliah : Teknologi Pendidikan
Dosen Pengampu : Sigit PurnamA


Disusun oleh: 
                                    Suyatmi                   (08470126)

                                    Siti Munirotul Ainia   (08470153)

                                      


KEPENDIDIKAN ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA
YOGYAKARTA
2011




BAB I
PENGEMBANGAN TENAGA PROFESI TEKNOLOGI PENDIDIKAN
Teknologi pendidikan merupakan suatu bidang yang berkepentingan dengan pengembangan secara sistematis berbagai macam sumber belajar, termasuk di dalamnya pengelolaan dan penggunaan sumber tersebut. Teknologi pendidikan mempunyai potensi untuk meningkatkan produktivitas pendididkan, memberilkan kemungkinan pendidikan yang sifatnya lebih individual, memberikan dasar yang lebih ilmiah terhadap pengajaran, lebih memantapkan pengajaran, memungkinkan belajar secara seketika, memungkinkan penyajian pendidikan secara lebih luas terutama adanya media massa.
Beberapa konsepsi dasar dalam teknologi pendidikan sebagai berikut: memberikan perubahan pada diri pribadi anak didik melalui pendidikan. pendidikan berlangsung dan konsisten seumur hidup (education along life), pendidikan terjadi kapan pun dan dimana pun, kemandirian dan kefektifitasan pendidikan melalui pengawasan dan penilikan berkala, baik dalam kelompok yang homogen atau heterogen, dan dapat diterima baik dari siapa pun atau melalui apapun yang sengaja dirancang untuk diambil manfaatnya.
Beberapa asumsi yang timbul akibat pengecualian konsepsi dasar yang dipakai sebagai titik tolak pengembangan kegiatan: Orientasi kehadiran guru dapat dikurangi dengan adanya sistem sekolah yang menambah komponen media pendidikan, kemampuan membaca ditanamkan sejak SD memperluas pengetahuan anak melalui media cetak, kemampuan belajar mandiri dan belajar berkelompok siswa tingkat SMP dapat menimbulkan rasa disiplin dan percaya diri, Modifikasi peranan komponen dalam sistem pendidikan dapat dilakukan tetapi tidak merubah hakikat dan fungsi sekolah, inovasi dalam teknologi pendidikan dapat menjadi alternatif pemecahan masalah pemerataan pendidikan, untuk melaksanakan konsepsi dasar dan asumsi diatas dibutuhkan inovasi dalam kelembagaan sekolah terbuka dan sekolah terbuka dapat berlangsung dalam lingkungan apa saja.
Karakteristik yang tampak dalam teknologi pendidikan berupa sumber belajar yang dipakai anak didik untuk belajar dan berbagai bentuk pola belajar-mengajar serta berbagai bentuk lembaga pendidikan. Sedangkan karakteristik yang tidak tampak berupa proses pengembangan sumber belajar dan pengembangan sistem pembelajaran. Tahun 1972 Menteri Pendidikan dan Kebudayaan dalam Lokakarya Siaran Pendidikan, telah mengemukakan agar penjelajahan kemungkinan harus mempertimbangkan keterbatasan dalam tenaga …” Pada tahun itu dilakukan latihan pertama dalam aspek perencanaan dan produksi program siaran radio pendidikan. Menteri Syarif Thayeb dalam Rapat Koordinasi Teknologi Komunikasi Pendidikan dan Kebudayaan memberikan prioritas pertama pada program “pengembangan tenaga dalam berbagai aspek teknologi pendidikan melalui latihan teknis maupun praktis”. Pada tahun itu pula dimulai program pendidikan akademis dalam bidang teknologi pendidikan di dalam dan di luar negeri (tahun 1963-1977 baru ada dua orang tenaga dengan latar belakang akademis Teknologi Pendidikan ). Tersedianya tenaga secara terus-menerus, dengan jumlah dan mutu yang meningkat, merupakan kunci keberhasilan strategi penerapan teknologi pendidikan.
Lulusan pendidikan tinggi diharapkan mampu melaksanakan penelitian dalam bidangnya, maka kemampuan penelitian yang sebenarnya dapat merupakan bagian dari teori dapat dianggap sebagai kompetensi tersendiri, yaitu kemampuan melaksanakan penelitian di bidang teknologi pendidikan. Program Pengalaman Lapangan adalah usaha untuk meningkatkan penguasaan atas kompetensi profesional melalui praktikum dalam lingkungan yang sesungguhnya. Bagi mahasiswa program studi Teknologi Pendidikan, PPL merupakan kegiatan penerapan dari teori, pengetahuan, dan keterampilan yang telah diperolehnya dalam kuliah. Kegiatan profesional Teknologi Pendidikan meliputi: 8 kategori kegiatan, yaitu:
(1) perencanaan program instuksional;
(2) pengembangan media pembelajaran;
(3) produksi media pembelajaran;
(4) pemanfaatan sarana pembelajaran;
(5) pelaksanaan kegiatan pembelajaran;
(6) penilaian program dan media pembelajaran;
(7) pengelolaan sumber belajar; dan
(8) penelitian proses, sumber, dan hasil belajar.
Tempat pelaksanaan PPL Teknologi Pendidikan adalah di lembaga-lembaga yang melaksanakan fungsi pengelolaan dan pengembangan proses dan sumber belajar dalam konsep teknologi pendidikan. Lembaga-lembaga itu dapat berupa lembaga pendidikan dan pengembangan sumber daya manusia, atau lembaga produksi media pendidikan, atau yang menyelenggarakan kedua fungsi tersebut. Pengembangan teknologi pendidikan di IKIP Jakarta boleh dikatakan diawali pada tahun 1970, dengan didirikannya Lembaga Teknologi Pengajaran (LTP) melalui Keputusan Rektor tertanggal 1 Maret 1970 No.14/SP/1970. LTP juga mendapat tugas mempersiapkan dibukanya Departemen Teknologi Pengajaran pada Fakultas Ilmu Pendidikan.
Penyelenggaraan kegiatan ini bekerja sama dengan Lembaga Media Pendidikan pada Badan Pengembangan Pendidikan (BPP) Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. BPP berubah menjadi Badan Penelitian dan Pengembangan Pendidikan dan Kebudayaan (BP3K atau Balitbang Dikbud) pada tahun 1974. Perencanaan awal untuk kegiatan pengembangan program dan studi teknologi pendidikan dilakukan pada bulan April 1977. Pada bulan Januari 1978 bantuan teknis dari Amerika  Serikat mulai berfungsi. Bantuan itu akan dikirimkan 20 orang tenaga dosen dan personel inti Satgas TKPK untuk mendapat gelar Master di Syracuse University.
            Badan Penelitian dan Pengembangan Pendidikan dan Kebudayaan (Balitbang Dikbud) telah mengusulkan kepada Menpan jabatan Pengembang Pengujian dan Pengembangan Kurikulum. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi mengusahakan fungsionalisasi tenaga Pengembang Teknologi Pengajaran dan Teknisi Sumber Belajar. ISPI telah mengusahakan pengakuan akan tenaga Konselor dan Pengembang Pendidikan Luar Sekolah. Usaha untuk memperoleh pengakuan Pengembang Teknologi Pendidikan dilakukan oleh Pusat Teknologi Komunikasi Pendidikan dan Kebudayaan (Pustekkom Dikbud) bersama Ikatan Profesi Teknologi Pendidikan Indonesia (IPTPI).
            Tenaga pendidik dikelilingi oleh sejumlah tenaga yang dapat dibedakan dalam empat kategori, yaitu penyelenggara (pustakawan, laboran, dan teknisi sumber belajar), peneliti pengembang (pengujian, kurikulum, teknologi pendidikan, dll), dan pengelola (pengelola satuan, penilik, dan pengawas). Keempat kategori tenaga ini mempunyai fungsi utama menunjang pelaksanaan tugas tenaga pendidik. Dalam UUSPN Pasal 30 setiap tenaga kependidikan yang bekerja pada satuan pendidikan mempunyai hak untuk menggunakan sarana, prasarana, dan fasilitas pendidikan yang lain dalam melaksanakan tugasnya. Sarana, prasarana, dan fasilitas pendidikan itu perlu disediakan, dikembangkan, dan dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya agar diperoleh efektivitas dan efisiensi.
Tenaga profesi adalah tenaga terampil, mahir, dan atau ahli dalam melaksanakan kegiatan perancangan, pengembangan, pemanfaatan, penilaian serta pengelolaan proses dan sumber untuk belajar. Jabatan Pengembang Teknologi Pendidikan berkedudukan pada lembaga pemerintah maupun swasta yang menyelenggarakan kegiatan pendidikan dan pelatihan serta pengembangan system dan media atau produk pembelajaran, termasuk pemanfaatan, penilaian, dan pengelolaannya.
            Setiap profesi paling sedikit harus memenuhi empat syarat. Pertama adalah pendidikan dan pelatihan yang memadai, kedua adanya komitmen terhadap tugan profesionalnya, ketiga adanya usaha mengembangkan diri sesuai dengan kondisi lingkungan dan tuntutan zaman, dan keempat adanya standar etik yang harus dipatuhi. Mereka yang berprofesi atau bergerak dalam bidang teknologi pendidikan, harus mempunyai komitmen dalam melaksanakan tugas profesionalnya yaitu terselenggaranya proses belajar bagi setiap orang, dengan mengembangkan dan menggunakan berbagai sumber belajar dengan karakteristik masing-masing pembelajar serta perkembangan lingkungan. Maka para teknolog pendidikan harus mengikuti perkembangan ilmu dan teknologi.
            Tujuan Pengembangan Sumber Daya Manusia (PSDM) adalah memperoleh pengetahuan, sikap, keterampilan, dan kemampuan untuk melaksanakan tugas yang ada pada waktu sekarang maupun yang direncanakan untuk masa depan. Prosedur PSDM meliputi kegiatan identifikasi kebutuhan, identifikasi kondisi, perumusan tujuan, pengembangan jadwal dan materi pendidikan, pelaksanaan pendidikan, evaluasi, dan umpan balik. Fungsi pengembangan pendidikan/instuksional meliputi riset/teori, desain, produksi, seleksi, logistik, dan penyebaran/pemanfaatan. Kegiatan pengembangan sumber belajar dilakukan dengan menyelenggarakan fungsi pengelolaan pendidikan, yang meliputi pengelolaan organisasi dan personel.
            Dalam bidang pendidikan, para guru diharapkan menggunakan media yang telah tersedia untuk menunjang kegiatan mengajarnya. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, tidak mungkin lagi kita hanya mengharapkan para guru untuk membuat dan memakai sendiri media. Mulailah diperlukan tenaga khusus  yang mampu membuat media yang diperlukan secara meluas. Muncullah tenaga ahli media pendidikan dan ia harus mampu merancang, mengembangkan, memanfaatkan, dan mengelola sumber belajar di mana media pendidikan hanya merupakan sebagian sumber itu. Dengan makin berkembangnya kebudayaan dengan segala unsur-unsurnya, guru bukan lagi sebagai pemegang kendali penuh dalam kegiatan belajar. Siswa bisa saja  belajar dari narasumber yang ada di masyarakat, lingkungan sekitar, dan dari siapa saja baik secara langsung maupun tak langsung, serta menggunakan berbagai teknik dan peralatan. Media sederhana dan konvensional, ditambah dengan media baru seperti radio, televise, film, dst.
            Pendidikan dan pelatihan dalam bidang media pendidikan sudah diberikan sejak tahun 1950-an. Latihan keprofesian dalam bidang media pendidikan baru mulai dilaksanakan di dalam negeri pada tahun 1972.  Sedangkan pendidikan profesi jenjang akademik diluar negeri dimulai pada tahun 1960. Tenaga ahli yang terdidik di luar negeri diberi tanggung jawab untuk menyelenggarakan pendidikan keahlian di dalam negeri. Pendidikan keahlian bertujuan untuk menghasilkan tenaga profesi teknologi pendidikan yang bergerak dan berkarya dalam keseluruhan bidang pendidikan, dan terciptanya keseimbangan dan keselarasan hubungan dengan profesi lain.
            IPTPI merupakan suatu organisasi profesi yang berasaskan Pancasila dan bertujuan menghimpun sumber daya untuk menyumbangkan tenaga dan pikiran bagi pengembangan teknologi pendidikan sebagai suatu teori, lapangan, dan profesi di tanah air bagi kemanfaatan kemajuan bangsa Indonesia. IPTPI bekerja sama dengan Pustekkom Dikbud yang telah membuka jalan perlunya tenaga ahli teknologi pendidikan. Untuk membuka wawasan dan meningkatkan kemampuan juga untuk memasyarakatkan keberadaan profesi. IPTPI berkedudukan dan berkantor di Jakarta. IPTPI menjalin kerja sama dengan UNJ, khususnya Jurusan TP pada Fakultas Ilmu Pendidikan dan Pusat Sumber Belajar. Kerja sama itu diwujudkan dengan membentuk LPTK (Lembaga Pengembangan Teknologi Kinerja) yang merupakan usaha penerapan dan pengabdian masyarakat dari bidang studi dan profesi teknologi pendidikan.





                                                                                                                          
BAB II
PENGEMBANGAN KONSEPTUAL TEKNOLOGI PENDIDIKAN
            Berdasarkan tinjauan dari falsafah ilmu, setiap pengetahuan mempunyai tiga komponen yang merupakan tiang penyanggah tubuh pengetahuan yang didukungnya. Ketiga komponen tersebut yang pertama, ontologi (apa) merupakan asas dalam menetapkan ruang lingkup ujud yang menjadi objek penelaahan, serta penafsiran tentang hakikat realitas dari objek tersebut. Kedua, epistemologi (bagaimana) merupakan asas mengenai cara bagaimana materi pengetahuan diperoleh dan disusun menjadi suatu tubuh pengetahuan. Ketiga, aksiologi (untuk apa) merupakan asas dalam menggunakan pengetahuan yang telah diperoleh dan disusun dalam tubuh pengetahuan tersebut.
            Landasan ontologi teknologi pendidikan, yaitu: adanya berbagai macam sumber untuk belajar termasuk orang, pesan, media, cara-cara tertentu dalam mengolah atau menyajikan pesan, serta lingkungan dimana proses pendidikan itu berlangsung; perlunya sumber-sumber tersebut dikembangkan, baik secara konseptual, maupun secara faktual; dan perlu dikelolanya kegiatan pengembangan, maupun sumber-sumber untuk belajar agar dapat digunakan seoptimal mungkin guna keperluan belajar.
Yang termasuk dalam suatu landasan epistimologi teknologi pendidikan, yaitu  keseluruhan masalah belajar dan upaya pemecahannya ditelaah secara simultan; unsur-unsur yang berkepentingan diintegrasikan dalam suatu proses kompleks secara sistemik; dan penggabungan kedalam proses yang kompleks dan perhatian atas gejala secara menyeluruh, harus mengandung daya lipat atau sinergisme, berbeda dengan hal dimana masing-masing fungsi berjalan sendiri-sendiri.
Sedangkan landasan aksiologis teknologi pendidikan: “ Teknologi pendidikan perlu dipikirkan dan dibahas terus-menerus karena adanya kebutuhan riil yang mendukung pertumbuhan dan perkembangannya, yaitu tekad mengadakan perluasan dan pemerataan kesempatan belajar; meningkatkan mutu pendidikan; penyempurnaan sistem pendidikan; peningkatan partisipasi masyarakat; dan penyempurnaan pelaksanaan interaksi.
Lumsdaine berpendapat bahwa ilmu perilaku khususnya teori belajar, merupakan ilmu yang utama untuk memperkembangkan teknologi pembelajaran. Bahkan Deterline berpendapat bahwa teknologi pembelajaran merupakan aplikasi teknologi perilaku, yaitu untuk menghasilkan perilaku tertentu secara sistematik guna keperluan pembelajaran. Teori Penguatan  (reinforcement) oleh Skinner. Pembelajaran menurutnya merupakan pengaturan kemungkinan penguatan, ada 3 variabel yang membentuk kemungkinan penguatan itu, yaitu peristiwa di mana perilaku berlangsung; perilaku itu sendiri; dan akibat perilaku itu.
Edgar Dale menyatakan bahwa teori komunikasi merupakan suatu metode yang paling berguna dalam usaha meningkatkan efektivitas bahan audiovisual. Teori yang diajukan oleh Rogers dan Kincaid disebut teori komunikasi konvergensi. Dalam teorinya itu mereka tidak membedakan antara sumber dan penerima, proses itu juga tidak berlangsung antar individu saja melainkan dalam suatu realitas social. Teori ini menegaskan bahwa komunikasi itu berlangsung tanpa awal dan akhir, sepanjang manusia sadar akan diri dan lingkungannya.
            Awal perkembangan teknologi pendidikan dapat dikatakan telah ada sejak awal peradaban, di mana orang tua mendidik anaknya dengan cara memberikan pengalaman langsung serta dengan memanfaatkan lingkungan. Saettler berpendapat bahwa sumber tumbuhnya teknologi pendidikan dapat ditelusuri sampai kaum Sufi, dengan cara mereka “menjajakan pengetahuannya”. Secara eksplisit Saettler menganggap bahwa Komensky merupakan pionir teknologi pendidikan dengan berpendapat perlunya visualisasi dalam pengajaran, yang tertuang dalam bukunya, Orbis Sensalium Pictus. Demikian juga dengan Rousseau, Pestalozzi, Froebel yang menekankan perlunya rangsangan indra untuk meningkatkan efektivitas belajar. Prosedur pengajaran yang dinyatakan oleh Herbart, juga dapat dikatakan sebagai awal dari apa yang kita kenal sekarang sebagai desain pembelajaran.
            Pemuka pendidikan juga memberikan kontribusi tumbuhnya teknologi pendidikan, misalnya heterogenitas pemelajar (belajar individual dan bebas), cara belajar aktif, belajar dari lingkungan, kebebasan dalam belajar, belajar memecahkan masalah, serta partisipasi masyarakat dalam penyelenggaraan pendidikan. Menurut Finn, tahun 1920-an adalah awal perkembangan teknologi pendidikan. Teknologi pendidikan pada saat itu di sebut juga pengajaran visual, yaitu kegiatan mengajar dengan menggunakan alat bantu visual yang terdiri dari gambar, model, objek, atau visualisasi kepada siswa.
            Perkembangan yang sangat penting tetapi sering kali diajukan adalah bahwa teknologi pendidikan berusaha memecahkan dan atau memfasilitasi pemecahan masalah belajar pada manusia dimana saja, kapan saja, dengan cara apa saja, dan oleh siapa saja. Apa yang telah berlangsung selama ini, terutama di Indonesia, masih menitik beratkan pada pemecahan masalah dalam bidang persekolahan.Gambar berikut menunjukkan dimana bidang garapan teknologi pendidikan itu seharusnya berkembang.
            Romiszowski menyatakan perkembangan teknologi pendidikan seperti terlukiskan dalam gambar berikut ini. Kalau kita perhatikan gambar diatas maka jelaslah bahwa penerapan teknologi pendidikan tidak hanya pada pendidikan yang pada umumnya berlaku di sekolah, atau pelatihan yang pada umumnya berlangsung di lembaga pelatihan formal yang merupakan suatu bagian dari lembaga penyelenggara kegiatan tertentu (departemen atau lembaga pemerintah, lembaga bisnis, lembaga militer atau pun lembaga industri).
            Kegiatan belajar tidak hanya dilakukan oleh dan untuk individu, melainkan pula oleh dan untuk kelompok bahkan oleh organisasi secara keseluruhan. Oleh karena itu harus mulai memikirkan ”the Learning Organization”, sebagai perkembangan dari bidang garapan kita. Kebijakan penggunaan media komunikasi merupakan awal teknologi pembelajaran secara formal, meskipun masih dikaitkan identitas teknologi sebagai produk berupa peranti (tools) yang digunakan dalam berbgai keperluan termasuk pendidikan. Konsep teknologi (termasuk teknologi pembelajaran) kecuali sebagai produk juga sebagai proses dan struktur. Jacques Ellul mengartikan teknologi sebagai peranti, teknik dan keseluruhan struktur dalam masyarakat. Kaum teknologi pembelajaran berpendapat bahwa teknologi pendidikan atau pembelajaran merupakan bagian dari arti teknologi yang luas. Dalam artian teknologi sebagai proses, maka pendidikan dapat dikatakan sebagai salah satu teknologi, karena pendidikan itu merupakan proses untuk menjadikan manusia terdidik, atau proses untuk memperolah nilai tambah (added value), sehingga dapat dikatakan “education as technology”. Percival & Ellington berpendapat bahwa teknologi pembelajaran merupakan technology of education.
            Mereka yang berprofesi atau bergerak dalam bidang teknologi pendidikan disebut Teknolog Pendidikan, harus mempunyai komitmen dalam melaksanakan tugas profesionalnya yang utam yaitu terselenggaranya proses belajar begi setiap orang, dengan dikembangkan dan digunakannya berbagai sumber belajar selaras dengan karakteristik masing-masing pembelajar serta perkembangan lingkungan. Karena lingkungan senantiasa berubah, maka para teknolog pendidikan harus senantiasa mengikuti perkembangan atau perubahan itu, dan oleh karena itu ia dituntut untuk selalu mengembangkan diri sesuai dengan kondisi lingkungan dan tuntutan zaman, termasuk mengikuti perkembangan ilmu dan teknologi.
            Para profesi pada saat ini telah menyebar keluar lingkungan pendidikan, yaitu pada lembaga pelatihan, lembaga pemerintah, dan lembaga masyarakat, lembaga media massa, serta lembaga atau organisasi bisnis dan industri yang berniat menjadi organisasi belajar. Mereka berkarya dalam berbagai bidang yang berkaitan dengan belajar dan biasanya bekerja dalam satuan regu dengan aneka tugas, seperti perancang pembelajaran, artis grafis, ahli media, ahli evaluasi, pemrogram computer, dan lain sebagainya. Para guru pun sebagian menjadi peraktisi teknologi pendidikan, yaitu dengan menerapkan kawasan pemanfaatan dalam konsep teknologi pendidikan.
            Teknologi pembelajaran secara konseptual mampu memberikan kontribusi dalam pengembangan organisasi belajar dalam bentuk pengetahuan tentang pemecahan masalah belajar baik pada perorangan, maupun pada keseluruhan organisasi; penyediaan tenaga profesi yang mampu mengintervensi organisasi agar dapat dan mau belajar; aneka sumber belajar yang sengaja dikembangkan sesuai dengan kebutuhan organisasi; dan sistem informasi yang diperlukan agar organisasi dapat memperoleh akses atas informasi yang terbaru secara cepat.
a.       Sebelum kita memasuki kawasan penelitian teknologi pendidiakn, ada baiknya kita samakan dulu persepsi kita tentang teknologi pendidikan itu sendiri.
b.      Sek



















BAB III
PENGEMBANGAN KELEMBAGAAN TEKNOLOGI PENDIDIKAN

            Model teknologi pendidikan merupakan model pendidikan konpensatoris bagi anak-anak yang mengalami hambatan sosial-ekonomi dan geografis-demografis, agar dengan sumber yang berbeda dapat mencapai tujuan pemerataan kesempatan pendidiakn yang sama dengan anak-anak yang tidak mengalami hambatan. Model ini mengandung aspek kuantitatif, kualitatif dan keserasian yang terjalin jadi satu. Model ini dapat ditunjukkan dengan unsur-unsur yang membentuknya sebagai berikut:
A.     sumber belajar sebagai produk yang memungkinkan terjadinya tindak belajar
B.     Proses belajar mengajar berlangsung dengan memerhatikan kondisi dan kebutuhan anak didik.
C.     Struktur organisasi lembaga pendidikan mengalami perubahan, dimana tumbuh pola instruksional yang bervariasi, berbagai bentuk lembaga pendidikan, dan tingkat pengambilan keputusan dalam proses instruksional.
D.    Kewenangan dan tanggungjawab guru kelas mengalami perkembangan, karena adanya tim pembelajaran yang memilih dan menyusun bahan belajar.
E.     Fungsi pengembangan dilaksanakan dengan sistemik untuk menghasilkan sumber belajar serta untuk berlangsungnya sistem instruksional yang efektif.
F.      Pengelolaan model ini dilakukan secara lues dengan berorientasikan tujuan.
            Setiap pembahasan falsafah atas suatu gejala atau objek perlu kita pertanyakan:
1.      Apa hakikat gejala/objek itu (landasan ontologi)
Pertimbangan ontologi. SMPT adalah suatu bentuk penerapan teknologi pendidikan. Teknologi pendidikan  diartikan sebagai suatu proses kompleks dan terpadu yang melibatkan orang, gagasan, prosedur, perlatan dan organisasi untuk mengatasi masalah belajar manusia. Cara mengatasi masalah itu dengan menganalisis kebutuhan/mengidentifikasi alternatif, memilih dan menguji alternatif, melaksanaka, menilai, dan mengelola keseluruhan kegiatan. Teknologi pendidikan berpegang pada falsafah: agar setiap pribadi dapat mengembangkan kemampuannya seoptimal mungkin dengan menggunakan teknologi sebagai prosesdan produk, selaras, dan serasi dengan perkembangan serta kebutuhan masyarakat dan lingkungan.
2.      Bagaimana (asal, cara, struktur, dan sebagainya) penggarapan gejala/objek itu (landasan epistemologi)
Pertimbangan epistemologi. Secara legal keberadaan SMPT berasal dari kebijakan pemerintah untuk memperluas kesempatan belajar. Empat alternatif untuk perluasan kesempatan itu, yaitu: (1) pembangunan gedung sekolah baru; (2) penambahan daya tamping sekolah yang sudah ada; (3) mendirikan sekolah terbuka; dan (4) menyelenggarakan pendidikan keterampilan.
3.      Apa manfaat gejala atau objek itu (landasan aksiologi)
Pertimbangan aksiologi. Sesuai dengan dasar falsafah teknologi pendidikan/maka manfaat SMPT pertama-tama ditujukan kepada peserta didik/yaitu agar mereka dapat dimungkinkan mengikuti pendidikan lanjut sesuai dengan  kondisi mereka.
            Konsep dasar sistem belajar mandiri adalah pengaturan program belajar peserta didik sehingga dapat memilih dan atau menentukan bahan dan kemajuan belajar sendiri. Dalam pelaksanaannya konsep dasar itu dapat dikembangkan dengan mennggunakan rambu-rambu sebagai berikut:
a.       Adanya pillihan materi ajaran yang sesuai dengan kebutuhan peserta, dan tersaji dalam beraneka bentuk.
b.      Pengaturan waktu belajar yang luwes, sesuai dengan kondisi masing-masing peserta didik.
c.       Kemajuan belajar yang dipantau oleh berbagai pihak yang dapat dilakukan kapan saja peserta didik telah merasa siap.
d.      Lokasi belajar yang dipilih peserta didik.
e.       Dilakukan diagnosis kemampuan awal dan kebutuhan serta remediasi bila kemampuan itu kurang atau pengecualian bila kemampuannya sudah dikuasai.
f.       Evaluasi hasil belajar dengan berbagai cara dan bentuk.
g.      Pilihan berbagai bentuk kegiatan belajar dan pembelajaran yang sesuai dengan kondisi dan karakteristik peserta didik maupun pelajaran.
      Kelembagaan IPTEK dalam pembangunan, dalam hal ini Teknologi Pendidikan, telah berlangsung secara konseptual maupun operasional, meskipun dalam skala yang masih terbatas. Usaha pelembagaan itu berlangsung dalam waktu yang relatif lama. Beberapa indikator hasil pelembagaan itu adalah:
a.       Adanya peningkatan produktivitas sistem pendidikan persekolahan seperti yang terlihat dalam bertambahnya lulusan SMP melalui subsistem SMPT, dan perguruan tinggi melalui UT.
b.      Efektivitas program teknologi pendidikan , yang ditunkukkan antara lain oleh besarnya lulusan SMPT yang tidak berbeda dengan SMP regular.
c.       Efisiensi karena dengan menerapkan konsep Teknologi Pendidikan dalam SMPT hanya diperlukan dana 60% dari dana sekolah regular, dengan hasil yang tidak berbeda.
Pendidikan dan pelatihan biasanya dibedakan dengan karakteristik berikut:
Pendidikan

Pelatihan
Waktu relatif lama
Pengakuan dengan ijazah/diploma
Kurikulum standar untuk keperluan mendatang (just-in-case = JIC)
Ditujukan bagi mereka yang akan memasuki lingkungan pekerjaan
Program regular dengan pengajar tetap
Waktu relatif singkat
Pengakuan dengan sertifikat
Kurikulum fleksibel sesuai dengan keperluan sekarang (Just-in-time = JIT)
Ditujukan bagi mereka yang ada/sudah dalam lingkungan kerja
Program tidak regular dan pengajar tidak tetap

            Meskipun kedua istilah itu dapat dibedakan karakteristiknya, namun kegiatannya dapat disatukan dalam lembaga penyelenggara sebagai lembaga Diklat Kedinasan atau Aparatur. Fungsi lembaga penyelenggara ini seharusnya merupakan agen pembaharu. Lembaga ini perlu memahami perubahan dalam lingkungan strategis, dan kemudian mampu menganalisis dampak perubahan itu dalam lingkungan organisasinya. Setelah itu mempersiapkan dan menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan yang sesuai hasil analisisnya.
            Sistem pendidikan terbuka dan jarak jauh dirancang untuk melayani peserta didik/warga belajar dalam jumlah yang besar dengan latar belakang pendidikan, usia, dan motivasi yang beragam, bertempat tinggal dalam wilayah yang tersebar luas, dan mempunyai waktu yang terbatas untuk melakukan komunikasi tatap muka. Untuk mengatasi batasan jarak, tempat dan waktu untuk melaksanakan proses pembelajaran, sistem pendidikan yang secara khusus diberdayakan untuk keperluan itu. Bilamana kondisi dan fasilitas memungkinkan, maka penyelenggaraan sistem pendidikan terbuka dan jarak jauh ini didukung dengan sistem operasional yang berbasis teknologi komunikasi dan informasi.
Dalam sistem pendidikan terbuka dan jarak jauh terdapat empat komponen sistem operasional yang berbeda baik dalam penyelenggaraan maupun fungsinya dibandingkan dengan sistem pendidikan tatap muka yaitu pengelolaan peserta didik/warga belajar, sumber belajar, dukungan pelayanan (support services) dan penilaian hasil dan dampak pendidikan.
BAB IV
Pengembangan Dan Pemanfaatan Sumber Belajar

Rounded Rectangle: CurriculumThe System Design
Rounded Rectangle: Corollary Learning materialsRounded Rectangle: FeedbackRounded Rectangle: Broadcast ProgramRounded Rectangle: TransmissionRounded Rectangle: Teachers





            Siaran televisi dan radio untuk sekolah sudah dilaksanakan sejak tahun 1972. Dibandingkan dengan negara tetangga kita (Malaysia) kita sudah sangat ketinggalan jauh. Pusat Teknologi Komunikasi untuk Pendidikan dan Kebudayaan (Pustekkom) baru didirikan pada tahun 1979, setelah enam tahun sebelumnya berstatus Satuan Tugas Penyelenggara Teknologi Komunikasi untuk Pendidikan dan Kebudayaan.  Dalam hal kerjasama ini mendapat bantuan yang diantaranya untuk melengkapi fasilitas produksi berbagai piranti lunak media elektronik (rekaman audio, film, dan televisi) dengan standar siaran. Sebenarnya sebelumnya juga sudah ada fasilitas produksi tetapi belum memenuhi standar siaran yang sesuai yang diharapkan.
Kerjasama yang dilakukan dan dibentuk oleh Balai Produksi Media Televisi (BPMT) dengan Fakultas Teknik Elektro Institut Teknologi 10 November  yang berkedudukan di Surabaya. Dalam persiapan pembuatan program televise, menyelenggarakan serangkaian latihan dan uji coba produksi dengan peralatan sederhana dengan sebagian besar  dilakukan dengan sangat bermanfaat untuk pengembangan program televise selanjutnya. Dengan adanya bantuan dari UNICEF untuk pembuatan program pendidikan untuk anak-anak dengan menggabungkan hiburan dengan edukatif agar anak menyukai tayangan tanpa adanya  persepsi yang kurang baik. Setelah persiapan perlengkapan studio yang professional dimiliki, juga sudah tersedia tenaga yang terampil dalam memproduksi program televisi dan telah dikembangkan program televisi yang berseri pendidikan. Tidak hanya persiapan oleh satu pihak.
Persiapan ini juga mendapat dukungan dari kebijakan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan dengan Menteri Penerangan yang sehaluan. Persiapan menyeluruh itu meliputi:
1. Menjalin kerjasama dengan sesama unit yang terkait seperti TVRI, PPFN, Badan sensor Film, LKJ (Lembaga Kesenian Jakarta), lembaga perfilman (Interstudio), dan para insane perfilman.
2. Mengusahakan anggaran untuk produksi dan penyiaran baik dari anggaran pembangunan maupun dari bantuan luar negeri.
3. Menjajaki kemungkinan tema siaran yang dapat dimanfaatkan secara luas.
Persiapan ini melibatkan tokoh-tokoh seperti Tati Maliati, Sumardjono, Peransi, Didi Petet (keempatnya dari LKJ), Arswendo Atmowiloto, Joko Lelono, H. Elsya Surya, Satmowi, Ratna Fahmi, dan tim Psikolog dari UI. Pertemuan tersebut menyepakati antara lain yaitu:
a.    Tema serial pendidikan watak atau karakter untuk anak-anak usia SLTP
b.    Judul serial ACI
c.    Diproduksi 52 episode untuk dapat ditayangkan seminggu sekali selama setahun penuh, dengan durasi 25-28 menit tiap episode.
d.   Benang merah yang menjalin semua episode meliputi berbagai aspek karakter, meliputi kerjasama, kegigihan, kesetiakawanan, sportivitas, kejujuran dan sebagainya.
e.    Diusahakan jingle
f.     Dicarikan pemeran yang memenuhi syarat dengan perwatakan
g.    Lokasi sekolah yang dipilih lingkungan kota Kita
h.    Ditargetkan agar tayangan dapat dimulai pada awal tahun anggaran 1984/1985
i.      Perlu diadakan uji coba baik untuk para siswa maupun untuk para pengambil kebijakan yang terkait.
Bahwa penggarapan dan penyiaran mengalami kenaikan dan kemrosotan, pa da episode pertama mengalami keberhasilan yang sangat baik. Akan tetapi, dengan adanya perjalanan yang sangat mengalami banyak rintangan dan tantangan dari beberapa aspek banyak pelajaran yang dapat kita ambil diantaranya yaitu pertama, pembuatan suatu program serial harus ditangani oleh suatu tim tetap yang kompak. Kedua, para pemain dan lokasi perlu diikat dengan kontrak dengan meminimalkan adanya perubahan. Ketiga, perencanaan serial perlu dilakukan secara matang dan mendapat dukungan yang mantap dari pengambil kebijakan sehingga tidak dilakukan perubahan pada saat pelaksanaan rencana. Semua karena kurangnya dukungan dan komitmen serial ACI sebagai serial televise pendidikan yang pertama dan berakhir. Inilah perjalanan serial televisi pendidikan yang pertama dan berakhir.
Perjalanan pendidikan ini dibincangkan dan difikirkan secara matang oleh lembaga yang berkaitan untuk mewujudkan rencana penggunaan media komunikasi massa untuk pendidikan. Salah satunya dengan adanya pengembangan personel dan kelembagaan yang difokuskan terlebih dahulu dengan mengirimkan tiga orang inti (IKIP Malang, Yogyakarta dan Bandung) untuk mengikuti kuliah di Australia selama setahun untuk mempelajari seluk beluk perencanaan dan pembangunan pendidikan yang memanfaatkan media radio dan televisi. Perhatian di Indonesia sekarang ini dipusatkan pada pendidikan dengan menggunakan media radio. Pengkajian kemungkinan dan perbandingan dilakukan oleh beberapa kalangan seperti Repelita I dan UNESCO. Muncul beberapa butir hasil pengkajian tim ini yang kemudian dijadikan pedoman kebijakan oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, adalah sebagai berikut:
1.    Rencana harus dikembangkan dari analisis kebutuhan dan tujuan pembangunan pendidikan, dengan mencari jalan pemecahan melalui teknologi komunikasi yang sifatnya massa
2.    Pengembangan pendidikan harus diprioritaskan pada pemerataan mutu dan kesempatan pelayanan pendidikan
3.    Usaha peningkatan dan pemerataan mutu pendidikan harus dimulai dari titik pangkal strategis yaitu tenaga pengajar
4.    Harus diusahakan pendekatan yang integratif
5.    Pola dan system yang dikembangkan harus bersifat luwes, sehingga memungkinkan keterlibatan jumlah sasaran secara maksimal, perluasan pelayanan, dan penyebaran kegiatan
6.    Output kegiatan harus tidak sekadar berupa tambahan, melainkan sesuatu yang inovatif dalam menunjang system penyajian yang efektif.
            Pendidikan dan pengajaran hal ini yang dikaji dalam hal ini seperti halnya hal yang terkait didalamnya yaitu terbuka atau terikat, produksi sendiri atau Impor,  sponsor atau iklan, pendidikan Umum atau kejuruan, perintisan, penahapan, atau serentak. Program televisi untuk pendidikan terdapat kelebihan dan kekurangan didalam lingkup pendidikan formal bahwa media komunikasi massa sebagai media pendidikan tidak akan mungkin menggantikan guru. Dapat di simpulkan bahwa pendidikan yang dilakukan secara langsung akan berbeda dengan pendidikan secara tidak langsung atau dengan media televisi karena pendidikan ini akan berkesan sangat berbeda dan perjalanan yang sangat unik. Hal-hal yang perlu dipertimbangkan dalam perencanaan penggunaan media televisi  bagi pendidikan antara lain;
a.  Evektivitas pedagogis, maksudnya adalah media ini harus sebagai sarana dari proses belajar mengajar yang dikelola guru.
b. Skala penggunaan, hal ini berkaitan dengan untuk mengejar tuntutan ekonomis.
c.  Kesesuaian waktu, hal ini tidak dapat ditentukan sesuai dengan ketentuan pasti di televisi yang diterapkan pada semua lembaga sekolah. Karena setiap keadaan, situasi dan kondisi setiap daerah berbeda-beda sesuai yang dialami tersebut.
Banyak hal yang masih harus dikaji, tetapi pada intinya didalam pendidikan harus adanya komponen pendidikan yang terkait dan sesuai dengan kriteria didalam pendidikan itu sendiri. Dalam hal ini, terdapat peraturan yang harus diterapkan dan dipelajari sesuai dengan peraturan yang berlaku.
Pengembangan televisi pendidikan Indonesia untuk pendidikan luar sekolah, banyak acara televisi yang harus diamati, diterima, didukung dan dimanfaatkan tetapi harus diteliti secara serius dan secara komprehensif. Dalam hal ini bahwa misi dari televisi pendidikan adalah
a.    Program siaran harus diusahakan sesuai dengan kebutuhan para khalayak yang dituju
b.    Isi siaran harus diusahakan sesuai dengan nilai-nilai budaya yang diterima oleh masyarakat Indonesia
c.    Program siaran diusahakan untuk berkaitan dengan kegiatan yang ada dimasyarakat.
d.   Tiap mata acara diusahakan untuk dikembangkan dalam bentuk paket yang berkesinambungan.
e.    Tiap program harus dibuat dengan arah dan tujuan tertentu.
Komponen yang ada pada sistem televisi pendidikan sebagai berikut; khalayak sasaran, program, produksi dan pengadaan bahan siaran, penyiaran dan penyebaran, pemanfaatan, organisasi penyelenggara, sumber daya manusia, prasarana dan sarana, dana, penelitian dan penilaian.
Dalam dunia pendidikan, sekarang ini perkembangan teknologi sangat berkembang secara pesat dengan perkembangan yang sangat cepat. Bahwa media pembelajaran sangatlah penting dalam pendidikan yang dilakukan oleh pendidik sebagai sarana dalam mencapai tujuan yang hendak dicapai oleh komponen-komponen yang berkaitan dalam pendidikan. Model pendidikan dengan menggunakan media dapat melibatkan seluruh yang ada dalam panca indera yang dimiliki peserta didik. Dalam media pembelajaran dapat menghilangkan kejenuhan yang selama ini siswa menggangap pembelajaran yang membosankan.












BAB V
Pengembangan Sistem Pembelajaran

            Hampir dapat dipastikan Indonesia sebagian besar memiliki satelit domestik untuk telekomunikasi. Indonesia merupakan negara berkembang pertama yang memiliki satelit dan kedua negara Kanada yang telah menggunakan satelit domestik yang dikenal dengan “ANIK”. Perkembangan teknologi komunikasi ini membuka wawasan yang luas dalam dunia pendidikan dalam pemanfaatannya. Setelah perkembangan teknologi komunikasi di Indonesia, teknologi sudah menjadi kebudayaan di negara Indonesia ini. Bahwa sejak PELITA I hingga IV telah banyak diberikan perhatian akan pengembangan dan pemanfaatan teknologi komunikasi untuk pengembangan pendidikan dan kebudayaan. Namun, dengan kondisi yang seperti ini, bahwa tuntunan dalam pendidikan yang lebih bermutu dan lebih bersedia (accessable) semakin meningkat, diperlukan perhatian dan penanganan yang lebih besar lagi.
            Indonesia sebagaimana negara yang penduduknya semakin berkembang dan bertambah dan berbagai tantangan dan rintangan yang dihadapi. Pada negara maju, proses kemajuan itu berlangsung secara bertahap dan dalam waktu yang relatif lama serta serentak diikuti dengan tumbuhnya pranata-pranata yang diperlukan. Sedangkan pada negara yang berkembang proses itu berlangsung secara seketika sebalum tatanannya selesai dipersiapkan atau dibenahi dan sebelum sumber daya manusianya mampu menerima dan menyesuaikan diri. Dalam hal ini, sumber daya manusia sangatlah penting dalam mewujudkan modal dasar pembangunan yang akan dilakukan. Pengembangan kualitas ini mengandung dua sisi yaitu;
Pertama, kualitas hidupnya sebagai manusia yang tercukupi, Kedua, kualitasnya sebagai modal untuk melaksanakan pembangunan yang memenuhi persyaratan kebutuhan. Pendidikan untuk pengembangan kualitas manusia meliputi segala aspek perkembangan manusia dalam harkatnya sebagai makhluk yang berakal budi, sebagai pribadi, sebagai warga masyarakat, dan sebagai warga negara. Sehingga pendidikan yang paripurna akan meliputi usaha pengembangan jasmani dan rohani, kepribadian, kemasyarakatan, kebangsaan, kekayaan atau sebagai peningkatan kualitas fisik dan nonfisik, yang meliputi kualitas pribadi, kualitas hubungan dengan pihak lain dan kualitas kekayaan.
Pendidikan luar sekolah, pendidikan sumber daya manusia yang jenisnya sangat banyak dan belum dapat terselesaikan secara menyeluruh dalam menanganinya. Teknologi komunikasi dan informasi dalam perkembangannya sangat berkembang sedemikian rupa pesatnya dan mempengaruhi kehidupan kita dalam berbagai bentuk aplikasinya. Secara umum perkembangan dalam era informasi menunjukkan ciri-ciri sebagai berikut;
1. Meningkatkan daya muat untuk mengumpulkan, menyimpan, memanipulasi, dan menyajikan informasi
2. Kecepatan penyajian informasi yang meningkat
3. Maniaturisasi perangkat keras yang disertai dengan kesediaan yang melimpah
4. Keragaman pilihan informasi untuk melayani berbagai macam kebutuhan
5.  Biaya perolehan informasi, terutama biaya untuk transmisi data yang cepat dan jarak jauh, yang secara relatif semakin turun
6. Kemudahan penggunaan produk teknologi komunikasi dan informasi, baik berupa perangkat keras maupun perangkat lunaknya
7. Kemampuan distribusi informasi yang semakin cepat dan luas, dan karena itu informasi lebih mudah diperoleh
8. Meningkatnya kegunaan informasi dengan keanekaragaman pelayanan yang dapat diberikan, hingga memungkinkan pemecahan masalah yang ada secara lebih baik serta dibuatnya prediksi masa depan yang lebih tepat.
Kecenderungan khusus dalam teknologi informasi yang erat hubungannya dengan penyelesaian masalah pendidikan seperti, teknologi siaran, satelit komunikasi, dan komputer. Yang dalam pendidikan hal tersebut juga mengalami perubahan-perubahan dan peningkatan yang semakin pesat. Perkembangan teknologi dan informasi berkembang secara pesat dan berlangsung secara cepat, telah menyebabkan sejumlah perubahan yang besar pada kalangan masyarakat pada umumnya. Teknologi dan informasi akan menimbulkan masalah jika tidak ditangani secara sungguh-sungguh dan penanganan yang profesional. Penanganan secara profesional harus disertai dengan tenaga yang terdidik dan terlatih dalam hal ini banyak standarisasinya.
Dalam pendidikan tenaga ini adalah tenaga yang ahli dalam teknologi pendidikan sesuai dengan profesinya dan keahliannya. Pengembangan tenaga ahli dalam rangka peningkatan profesionalisme pengelolaan perguruan tinggi. Bahwa kemampuan dalam disiplin ilmu merupakan hal yang terpenting bagi dosen dalam menjalankan tugas mengajar. Karena adanya kekecewaan, timbullah berbagai usaha untuk mengatasinya. Setelah perkembangan teknologi dan informasi, kemudian masalah tenaga mengajar dalam peningkatan mutu pendidikan. Didalam tenaga mengajar banyak asumsi-asumsi yang diperbincangkan dan keanekaragaman dalam perubahan-perubahan yang dialaminya.
Konsep mengenai peningkatan mutu pendidikan jika diartikan akan berbeda-beda pengertian, sesuai dengan situasi dan kondisi tertentu. Kriteria mutu dapat dijelaskan dalam lima hal yaitu kesesuaian, daya tarik, efektivitas, efesiensi, dan produktifitas. Kemudian selanjutnya mengenai strategi pembelajaran yang berkaitan denga peserta didik yang akan dituju. Pemilihan strategi pembelajaran didasarkan pada pertimbangan berikut;
a.    Tujuan belajar : jenis dan jenjangnya
b.    Isi ajaran : sifat, kedalaman, dan banyaknya
c.    Pembelajar : latar belakang, motivasi, serta kondisi fisik dan mental
d.   Tenaga kependidikan : jumlah, kualifikasi, dan kompetensinya
e.    Waktu : lama dan jadwalnya
f.     Sarana yang dapat dimanfaatkan
g.    Biaya
Menentukan suatu strategi secara menyeluruh bukanlah merupakan pekerjaan yang mudah. Kegiatan ini akan berjalan secara baik apabila adanya feedback dari semua anggota yang terkait. Berdasarkan perkembangan paradigma terakhir ini, Teknologi Pendidikan kemudian disempitkan menjadi Teknologi Pembelajaran adalah teori dan praktik dalam merancang, mengembangkan, memanfaatkan, mengelola, dan menilai proses dan sumber untuk belajar. Sudah dijelaskan bahwa teknologi pendidikan membantu memecahkan masalah belajar.
Masalah belajar ada yang bersifat makro dan mikro. Beberapa masalah mikro yang ada misalnya; sulit mempelajari konsep yang abstrak. Sulit membayangkan peristiwa yang telah lalu, sulit mengamati sesuatu objek yang terlalu kecil/besar, sulit memperoleh pengalaman langsung, sulit memahami pelajaran yang diceramahkan, sulit untuk memahami konsep yang rumit dan terbatasnya waktu untuk belajar. Masalah tersebut dapat diatasi dengan menggunakan berbagai kombinasi komponen sistem pembelajaran. Masalah dapat diatasi dengan melihat media pembelajaran yang digunakan dan diatasi dengan mengombinasikan pesan dengan teknik pembelajaran tertentu. Meskipun perkembangan teknologi pendidikan tampak berjalan dengan pesat, namun aplikasinya dalam pendidikan sumber daya manusia masih terbatas. Makin banyak peluang yang belum dimanfaatkan.
Dalam menghadapi tantangan, tuntutan dan perkembangan masa depan. Sesuatu yang pasti dalam masa depan adalah ketidakpastian. Sehubungan dengan itu Daoed Joesoef (1980) menyatakan :

... tantangan baru yang dihadapi oleh anak-anak kita ... adalah ketidakpastian
... Maka itu adalah menjadi tugas kita untuk menyiapkan anak-anak kita, generasi mendatang, agar mempunyai cukup kemampuan guna menghadapi ketidakpastian tersebut, guna membina masa depan mereka.


















BAB VI
Perspektif Teknologi Pendidikan untuk Pembangunan Pendidikan

            Perkembangan masyarakat akan membawa pengaruh terhadap perkembangan nilai, prinsip, dan prosedur dalam pendidikan. Beberapa kencederungan baru yang dijadikan dasar pertimbangan perlunya adanya usaha transformasi yaitu belajar menyelidik, belajar mandiri, belajar struktur bidang studi, belajar mencapai penguasaan, pendidikan untuk perkembangan kepribadian, pendekatan sistem, persebaran waktu, persebaran tempat, keanekaragaman sumber, deferensiasi peranan, Ekonomi pendidikan, dan perkembangan teori dan prinsip.
            Masalah teknologi pendidikan merupakan masalah yang baru kita dengar mungkin dalam hal ini akan tetapi sebenarnya sudah terdapat dalam kehidupan kita sehari-hari. Sehingga munculnya beberapa alternatif dalam pendidikan seperti, sekolah publik pilihan, sekolah pendidikan swasta, dan pendidikan di rumah. Pendidikan alternatif tersebut merupakan sesuatu yang secara sengaja dan sadar dirancang untuk berbagai keperluan yang belum terpenuhi oleh pendidikan reguler. Tindakan ini tentu mempunyai pertimbangan yang mendasar. Tindakan untuk mengambil pendidikan alternatif harus dapat diambil jalan yang mendasar secara falsafah dan teori agar tidak salah pada jalur yang ditempuh.
            Pertimbangan- pertimbangan ini didasarkan pada keadaan dan kondisi yang berbeda- beda pada setiap manusia. Yang berjalan seperti pada tokoh-tokoh pada zaman awal tentang pendidikan pesantren sampai pendidikan pada zaman sekarang yang mengalami berbagai macam perubahan-perubahan. Tantangan yang amat besar dan berat untuk mempertahankan semua ini bagi pemuda bangsa dalam mempertahankan warisan oleh para tokoh pejuang zaman dahulu. Sikap dan tanggungjawab ilmiah mahasiswa  dalam membangun masyarakat baru Indonesia dalam perspektif pendidikan.

            Masyarakat baru dapat diartikan masyarakat yang dibangun sesuai dengan landasan cita-cita dan kehendak rakyat serta dengan memerhatikan kondisi objektif lingkungan. Masyarakat yang kita citakan yaitu terwujudnya masyarakat madani. Pada zaman sekarang tidak asing lagi dengan kata globalisasai sebagai proses penyebaran rasa, cipta, dan karya suatu kebudayaan sehingga diterima dan diadopsi oleh kebudayaan lain diseluruh dunia. Bagi masyarakat dan bangsa yang berkembang, globalisasi membawa keuntungan dan kerugian tersendiri.
            Era globalisasi yang memicu dengan perkembangan teknologi komunikasi dan informasi sudah diambang pintu dan masyarakat Indonesia perlu mempersiapkan diri dalam menghadapinya. Dalam menghadapi globalisasi diarahkan dapat mengatasi masalah ekonomi, politik, bahasa dan budaya serta IPTEK yang mendunia. Dikalangan masyarakat dalam mengatasi perubahan ini ada faktor intern dan faktor eksteren serta sikap positif maupun sikap negatif dalam mengatasinya, maka perlunya pendidikan yang dapat mengatasi segala tantangan tersebut. Oleh sebab itu, masalah ini juga belum dapat terselesaikan secara keseluruhan dalam mengatasinya.
            Harapan terhadap mahasiswa serta generasi muda sangat diharapkan dalam mengurangi masalah yang dihadapi, mahasiswa adalah sebagai calon cendiakawan pembangun bangsa perlu terlebih dahulu mematangkan sikap dan tanggungjawab ilmiahnya sebagai pemelajar. Akan tetapi, sikap tanggungjawab tidak hanya dibebankan pada mahasiswa atau pemuda saja tetapi harus keterlibatan seluruh anggota yang bersifat komprehensif. Perubahan paradigma pendidikan dengan kehadiran teknologi telekomunikasi dan informatika mengalami perubahan.
            Globalisasi cakupannya sangatlah luas. Pada saat ini dan masa mendatang pengaruh globalisasi akan semakin terasa, terutama dengan semakin banyaknya saluran informasi yang tersedia, seperti surat kabar, majalah, radio, televisi, telepon, faks, komputer, internet, satelit komunikasi, sekolah dan bahkan informasi langsung yang dibawa oleh pengunjung. Sedangkan lembaga pendidikan terutama dikalangan perguruan tinggi, memiliki sejumlah pilihan alternatif untuk memanfaatkan teknologi elekomunikasi dan informasi seperti: perpustakaan Elektronik, Surat Elektronik, Ensiklopedia, sistem distribusi bahan belajar secara digital, pengelolaan sistem Informasi, Cyber System, video teleconference dan lain sebagainya.
            Beberapa program aksi yang diusulakan seperti program aksi I (Pelatihan Tenaga), program aksi II (Pengembangan jaringan), program aksi III (Penataran Guru/ Dosen/ Pengajar), program aksi IV (Pendidikan Sekolah), program aksi V (Pendidikan Tinggi), program aksi VI (Pendidikan Kedinasan dan Profesional). Dalam Reformasi Perundangan Pendidikan segala sesuatu sudah diatur dalam perundang-undangan yang mengaturnya dalam segala hal. Terdapat rambu-rambu, pokok-pokok pembaharuan, butir-butir pembaharuan perundangan tentang pendidikan.
            Otonomi pendidikan sebagai salah satu bentuk reformasi dalam bidang pendidikan, pada saat ini telah mempunyai landasan hukum. Tapi perlu dipahami bahwa reformasi itu masih merupakan wacana ketimbang tindakan konkret. Reformasi  pada hakikatnya adalah perubahan menyeluruh dan mendasar dalam segala aspek kehidupan. Perubahan mendasar dan menyeluruh ini disebut perubahan paradigma atau perubahan sistemik. Perubahan paradigma ini memunculkan konsep-konsep baru, seperti belajar berbasis aneka sumber, manajemen berbasis sekolah dan pola pembelajaran atau pendidikan alternatif.
            Salah satu untuk mengembangkan MBS adalah dengan menggunakan pendekatan sistem, yang memberikan gambaran menyeluruh terhadap semua komponen serta lingkungan yang mempengaruhi terhadap semua komponen serta lingkungan yang mempengaruhi sistem sekolah yang bersangkutan.



Rounded Rectangle: MANAJEMEN 
 









Manajemen Sistem
            Manajemen sistem meliputi semua komponen secara keseluruhan. Pembaharuan pendidikan banyak tergantung kepada kemampuan managerial dan kepemimpinan kepala sekolah. Melaksanakan konsep manajemen berbasis sekolah bukan merupakan hal yang mudah, karena selama ini pengelolaan sekolah telah terbiasa dengan prinsip etatisme, dimana wewenang ada pada pusat, sedangkan mereka yang ada dilapangan atau daerah hanya sekedar melaksanakan yang sudah digariskan dari pusat. Untuk itu perlu adanya komitmen dan waktu sungguh-sungguh mulai dari Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, masyarakat dan sekolah sendiri.
            Inilah tantangan yang selama ini belum dapat terselesaikan dan perkembangan teknologi pendidikan yang semakin cepat dan pesat.

1 komentar: